PENYAKIT HATI

PENYAKIT HATI

Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan- makanan yang tak sihat bagi hatinya. Berpaling dari ubat yang berguna, menggantinya dengan ubat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Ubat yang paling mujarab adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki penyembuhan dan ubat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al- kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat.

Sesungguhnya Allah berfirman:
"Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang- orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44)

Al-qur'an adalah ubat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit dunia dan akhirat. Namun tak sebarang orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai ubat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai ubat, ia letakkan pada bahagian yang sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang berkumpul. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penawar bagi penyakit jasmani dan rohani, pasti ada terdapat dalam Al- qur'an , sebab-sebab timbulnya dan cara pengobatannya hanya bagi orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya.

Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sihat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting daripada tubuh.

Allah berfirman, maksudnya:
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122)

Maksudnya, ia mati kerana kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

Dua Bentuk Penyakit Hati:
Penyakit hati itu ada dua macam:
Penyakit syahwat dan penyakit syubhat.
Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an.

Allah berfirman, artinya:"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)
Ini yang disebut penyakit syahwat.

Allah juga berfirman, artinya: "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)

Allah juga berfirman, artinya:"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)

Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.

Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab (munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk yang di lakukannya. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil.

Hati (qalbu) sebagaimana tubuh, juga dapat menjadi sakit. Namun sayangnya, orang yang mengidap penyakit hati sering kali tidak menyadari bahwa dirinya telah terjangkit penyakit-penyakit hati. Padahal penyakit hati ini bisa terjadi justru memiliki pengaruh yang lebih destruktif dibandingkan penyakit fizikali. Dan orang yang mengidap penyakit hati tidak akan pernah menggapai kebahagiaan yang hakiki. Seandainya tujuan hidup adalah untuk menggapai kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat, maka mau tidak mau kita harus dapat bebas dari penyakit-penyakit hati tersebut. Oleh karena itu, kita harus dapat mengidentifikasi apa saja yang merupakan penyakit hati. Dan kita perlu mencari sebuah metode yang tepat untuk mengetahui seberapa parah penyakit hati yang kita deritai. Dan yang lebih penting lagi, seperti halnya tubuh yang sakit memerlukan obat, begitu juga hati yang sakit.

Suatu ketika, pernah disebutkan kepada Ibnu Abbas atau Ibnu Mas`ud bahwa orang -orang Yahudi mengatakan, "Sesungguhnya kami tidak pernah digoda (oleh syetan) dalam shalat kami, dan hati kami selalu hadir (khusyuk)." Maka beliau menimpali, " Memang benar, sebab apa yang akan dilakukan oleh syetan terhadap hati yang sudah hancur?" Maksudnya adalah bahwa hati orang-orang Yahudi adalah hati yang sudah hancur dan agama mereka adalah agama yang bathil, sehingga syetan tidak datang menggoda mereka. Karena ia tidak menginginkan yang lebih banyak daripada keyakinan yang telah mereka yakini tersebut.

Akan tetapi syetan akan mendatangi istana yang dibangun dan berpenghuni (makmur) untuk menghancurkan dan merobohkannya. Dia akan datang ke hati seorang mukmin yang mempercayai (agama Islam) untuk membuatnya menjadi ragu-ragu. Dan ia akan mendatangi hati yang datang kepada Allah, kemudian menghalang-halanginya dari (jalan)-Nya. Oleh karena itu, hendaklah orang yang diuji dengan penyakit was-was itu merasa bergembira.

Ditinjau dari segi bahwa ia diuji dengan penyakit tersebut karena keimanannya yang kuat dan syetan ingin melemahkan kekuatannya ini. Akan tetapi, ia harus menggunakan obat yang telah disebutkan oleh Nabi. Karena kalau tidak, niscaya syetan akan mampu menghancur-leburkannya.

Hal inilah yang mendasari sebuah pertanyaan, mengapa penyakit was-was banyak menimpa kaum wanita?

Maka Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjawab, "Ya, karena majoriti mereka memiliki dorongan yang kuat dalam mencintai kebaikan dan juga ketekunan mereka dalam ibadah. Namun hal tersebut disertai pula dengan lemahnya perlawanan. Maka penyakit was-was banyak menimpa mereka."

Kemudian melanjutkan pada halaman lain, sesungguhnya perasaan was-was (bimbang) dalam dada merupakan penyakit yang sangat kronik, yang menyerang setiap mukmin. Kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah. Oleh karena itu Allah menurunkan satu surah lengkap tentang masalah ini. 

Allah berfirman:
"Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sesembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa tersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia." (An Naas: 1-6)

Sampai-sampai hal ini juga menimpa para shahabat Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam shahih Muslim dari riwayat Abu Hurairah, ia berkata:
Sekelompok shahabat Nabi datang menghadap Nabi, kemudian bertanya kepada beliau, seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mendapati pada diri kami ini ada sesuatu yang salah seorang di antara kami kesulitan mengungkapkannya?" Beliau balik bertanya, "Apakah kalian semua juga mengalaminya?" Mereka menjawab, "Benar." Maka beliau bersabda, " tulah iman yang nyata."

Maksudnya adalah perasaan seperti ini tidak akan menghinggapi seseorang kecuali bila imannya benar-benar nyata dan murni. Keimanan yang tiada keraguan lagi di dalamnya. Karena perasaan was-was senantiasa menyusup dalam hati orang tersebut sehingga mengeluarkannya dari keimanan.

Dalam Shahihain dari riwayat Abu Hurairah, ia berkata:
“Rasulullah bersabda, "Syetan akan mendatangi salah seorang di antara kalian seraya berkata, ' Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian?? Hingga ia berkata, Siapakah yang menciptakan Allah? Nabi bersabda, 'Apabila ia sudah sampai seperti ini, maka hendaklah ia segera beristi`adzah (memohon perlindungan) kepada Allah dan berhenti.'

Dalam hadits di atas, Nabi menyebutkan dua obat penyakit was-was.

1. Beristi`adzah kepada Allah. Yaitu mencari perlindungan kepada Allah, dan bertawakkal kepada-Nya. Sehingga ia bisa selamat dari penyakit berbahaya ini.

2. Berhenti. Yaitu berpaling dari angan-angan dan perasaan was-was ini.
Jadi hendaknya ia berpaling dari perasaan was-was tersebut dan terus berjalan mengarungi kehidupannya maupun dalam mengerjakan amal kebaikannya.

Awalnya hal ini akan terasa berat, namun bersabarlah niscaya perasaan itu akan hilang, insyaAllah. Karena yang memberikan resepi obat ini adalah Nabi Muhammad, orang yang paling tahu tentang penyakit hati dan orang yang paling paham tentang obat-obatnya.

Syaikh menambahkan, ' Tinggalkan semua ini, bersabarlah dan tetaplah bersabar, hingga meskipun anda menangis dan benar-benar menangis. Bersabarlah dan tetap lakukan apa yang sedang anda kerjakan, niscaya Allah akan mengusir syetan dan menjauhkannya dari dirimu. Tentunya bila anda mengamalkan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Seperti memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk, berhenti dan berpaling dari semua itu.'

Oleh karena itu, saya nasihatkan kepada semua saudaraku yang diuji oleh Allah dengan ujian penyakit was-was ini, agar mereka memperaktikkan apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Hendaknya mereka memohon perlindungan kepada Allah, berhenti dari perasaan was-was ini, dan tetap aktif menjalankan segala urusan kehidupannya.

Upaya terapi penyakit hati berikutnya adalah Seperti dalam Al-Quran surah 23. Al-Mukminun: 97:
"Dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan'. "

Untuk "ikhtiar batin"-nya, baiklah saya nukilkan dua hadis dari kumpulan "Shahih al-Kalim ath-Thayyib"-nya Syekh Islam Ibnu Taimiyyah. Ini:

1. Nabi Saw. bersabda:
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaannya, dari tipuannya, dan bisikannya."

Sebab Allah telah berfirman:
"Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka berlindunglah kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."(QS 41. Fushshilat: 36)

2. Utsman bin Abi al-'Ash pernah mengadukan kepada Rasulullah Saw. tentang setan yang menggoda-halanginya ketika salat, dan Rasulullah Saw. pun bersabda: "Itulah setan yang bernama Khanzab; jika engkau merasakannya, mohonlah perlindungan Allah daripadanya (A'udzu billaahi minasysyaithaanir rajiim) dan meniuplah ke arah kirimu tiga kali. "Aku lalu mengamalkannya;" kata Utsman, "dan Allah pun menghilangkannya dariku." (HR Muslim)

No comments:

Post a Comment